ABOUT ME

The Story of My Life's Journey

Rina Adriana Susana, it is me. Saya bangga menjadi Orang Sabu. Terlahir sebagai sulung dari dua orang bersaudara, ayah asli Sabu yaitu kepulauan kecil nan eksotik dan indah, dikenal sebagi pulau Sawu. Ibu saya sebagain besar garis keturunan juga dari Sabu, Nenek saya yaitu ibu dari ibu saya adalah asli Sabu yang saat itu merantau di Lampung. tetapi ayahnya (read kakek saya) keluarga besar ibunya (read; nenek buyut saya) berasal dari keluarga besar Jawa Jogja tapi lahir dan besar di Lampung tapi kakek buyut saya orang Sabu yang merantau di Lampung. Hehehe agak rumit yach, seperti pepatah yach, “Asam di gunung, Garam di laut, bertemu dalam satu belanga.” Jadi sebenarnya saya blasteran NTT-Jawa.

Pulau Sawu merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yaitu letaknya paling selatan dan berada dalam teritory daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan merupakan bagian dari Kabupaten Sabu Raijua.Pulau Sabu juga dikenal sebagai Pulau Sawu, Seba, Havu, Hawu atau Hawoe, sedangkan penduduk setempat menyebut Pulau Sabu sebagai Rai Hawu (Pulau Hawu). Pulau Sabu merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yaitu letaknya paling selatan dan berada dalam teritory daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan merupakan bagian dari Kabupaten Sabu Raijua. Iklim di Pulau Sabu dipengaruhi oleh Benua Australia karena letaknya dekat dengan benua tersebut. Pulau Sabu memiliki jutaan pohon lontar dan menjadi ciri khas dari pulau ini.

Kepercayaan tradisional asli Pulau Sabu bernama Tjingi Tiu, yaitu menyembah dewa-dewa dan dipercaya dewa-dewa tersebut menurunkan berbagai bebatuan sebagai media berkomunikasi dan melakukan ritual. Batu-batu megalitik ini berada ditengah kampong dan rata-rata berbentuk bulat dan besar. Kelabba Madja adalah obyek wisata yang secara alami memiliki warna bak pelangi yaitu putih, cokelat, biru, dan merah. Di puncak bukit ada tiga batu yang melambangkan ayah, ibu, dan anak, dan disebut masyarakat setempat sebagai Batu Keseimbangan. Masih ada tempat unik yaitu Bukit Salju, yang merupakan cagar alam karena warna putih di perbukitan ini seperti salju, tetapi sebenarnya kapur putih.

MY EDUCATION

Melanjutkan pendidikan di Akademi Gizi Jakarta sebenarnya bukanlah keinginan utama (ini kemauan ibu saya untuk mendaftar dan mengikuti tes). Kalau ayah saya memberikan kebebasan untuk saya memilih sekolah. Sejak kecil saya dikenal sebagai anak agak tomboy and memimpikan untuk berprofesi sebagai ahli Geologi. Akhirnya dengan susah payah, saya di terima masuk di Fakultas Geologi UPN Yogyakarta. Tapi pagi itu pengumuman penerimaan Akademi Gizi Jakarta, saya berharap tidak di terima. Tapi Tuhan punya rencana lain dalam hidup saya, nama saya tertulis sebagai mahasiswa yang diterima di Akademi Gizi Jakarta. Tiket kereta yang sudah dibeli untuk ke Yogyakarta, akhirnya hanya menjadi secarik kertas yang tidak terpakai untuk menjemput impian saya sebagai mahasiswa Geologi. Bye…bye…bye…

Saya mencoba untuk mencintai kuliah gizi yang berlokasi di kompleks pendidikan tenaga kesehatan di Hang Jebat, Jakarta dekat bilangan Blok M. Di area kampus masih ada beberapa akademi kesehatan lainnya. Semester pertama merupakan semester adaptasi dan terberat, karena jujur saya ini hanya bisa masak air, nasi dan mie instant. Gak nyangka akhirnya saya bisa juga memasak beberapa masakan dan tentu saja untuk keperluan diet pasien.

Akhirnya tiga tahun menjalani kuliah akhirnya tiba juga hari wisuda, aduh senangnya saya lulus dengan amat sangat memuaskan. Selonsong ijasah segera aku berikan ke ibu saya, dan berkata, saya sudah menyelesaikan impian mama. Tetapi adikku juga sangat berperan dalam membantuku menyelesaikan pengetikan skripsiku (adik yang baik yach, senangnya)

Keinginan belajar dan kemauan untuk maju, akhirnya mendorong kuat untuk saya menempuh kuliah lagi, yang dapat kulakukan sambil bekerja. Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Sahid Jakarta menjadi pilihanku untuk memenuhi dan meningkatkan ilmuku, dimana saya dapat kuliah pada malam hari dan hari sabtu. Akhirnya lulusan terbaik juga berhasil kuraih, walaupun benar-benar cukup lelah, dimana saya menyelesaikan sekolah sambil tetap bekerja. Lengkaplah sudah ilmuku baik inside and outside , hanya istilah saya saja yach, saya tahu bagaimana mekasnisme kerja zat gizi di dalam tubuh, dan bagaimana mengolah pangan untuk makanan dengan tetap memperhitungkan nilai gizi suatu pangan. Dengan berjalannya waktu, saya mulai tertarik dengan management dan marketing. Akhirnya dengan berkat Tuhan, saya dapat melanjutkan pendidikan di negeri Queen Elisabeth, Inggris. Brunel University London adalah pilihanku untuk belajar program Magister Management dan akhirnya saya selesai juga dengan memperoleh award Master of Science Management with Distinction. Terima kasih Tuhan Yesus atas berkatMu.

Pada masa pandemic, karena pembatasan ruang gerak di luar rumah, saya mengambil program Magister Management (MM), yaitu program online dari Institut Asia Malang.Selain mendapat ilmu, tapi yang paling luar biasa mendapat networking beberapa teman dari beberapa kota lain, karena pembelajaran dilakukan secara online. Angkatan B9, memang kumpulan orang-orang amazing.

Di waktu yang bersamaan, saya mengambil kuliah online program MBA dari Singapore Business School.